15 Kebiasaan Buruk Berkirim E-mail yang Sebaiknya Dihindari
- Ada beberapa aturan tak tertulis, yang membedakan pola komunikasi menggunaka platform WhatsApp, Facebook atau Instagram, berbeda dengan komunikasi via surel atau e-mail.
Jika Facebook dan "anak-anaknya" lebih banyak digunakan untuk komunikasi non-formal, e-mail lebih banyak digunakan untuk keperluan profesional. Namun, belum banyak yang tahu atau secara tidak sadar, keliru sat berkomunikasi menggunaka e-mail.
KompasTekno merangkum dari Gadgests Now, Senin (9/4/2018) tentang 15 kebiasaan buruk yang tanpa sadar sering dilakukan saat berkomunikasi via email.
Bubuhan kata "urgent" atau "penting" di awal judul e-mail mengindikasikan jika isi email harus segera ditanggapi oleh penerima pesan.
Terlebih jika pengirim menggunakan huruf kapital pada kata tersebut, mengartikan jika pesan yang dikirim bersfiat mendesak. Namun, jangan sekali-kali menyematkan kedua kata itu, jika hanya pengirim yang merasa terdesak untuk mengirim e-mail.
Alih-alih akan dibaca, bisa jadi penerima merasa jengkel dan enggan membaca email dari pengirim yang sama, jika masih menggunakan kata "urgent" atau "penting" untuk pesan yang mengganggu.
Kebiasaan ini bisa jadi keteledoran, karena terlalu buru-buru mengirimkan e-mail. Ingatlah, bahwa e-mail ditujukan untuk keperluan profesional, yang perlu mengetahui perihal surat yang diterima.
Sisihkan waktu sejenak untuk menulis ihwal surat yang dikirim. Selain memudahkan penerima untuk mengenali kepentingan surat, subyek juga memudahkan penerima untuk mencari e-mail berdasarkan subyek manakala tertumpuk di kemudian hari.
Bukan tidak mungkin, e-mail tanpa subyek, akan terlewat tak terbaca.
Typo atau Saltik (kesalahan mengetik), bisa saja dikurangi bahkan dihindari dengan memanfaatkan fitur auto-correct yang hadir di keyboard smartphone.
Jangan sampai, penerima pesan mengurangin nilai keprofesionalitasan Anda, ketika salah mengetikan nama, atau subyek, dan isi surat.
Fenomena menyingkat kata tak hanya ditemui di pesan singkat atau sms jaman dulu dengan keyboard fisik numerik.
Bahkan, keyboard smartphone dengan huruf lengkap dan pad lebar di layar yang semakin jumbo pun, masih "menggoda" penggunanya untuk menyingkat kata dengan alasan efisiensi.
Tulislah setiap kata dalam e-mail secara lengkap. Jika memang dalam kaidah penulisan tidak bisa disingkat, janganlah menyingkat.
Misalnya, tulislah "terima kasih" bukan "trm ksh", atau jika dalam bahasa Inggris, tulislah "thank you" bukan "tx".
Seringkali, saking bingung atau terburu-terburu, pengirim e-mail justru menulis isi surat ke kolom subyek. Alhasil, subyek menjadi sangat panjang dan cenderung mengganggu.
Tulislah subyek dengan padat dan jelas, yang mewakili keseluruhan isi e-mail. Sementara isi e-mail, letakanlah pada tempatnya, yakni pada bodi email dengan kotak yang paling besar.
Jika pernah melakukannya, bisa jadi Anda dinilai sebagai orang yang tidak percaya jika penerima telah membaca pesan Anda. Hal itu bisa jadi mengurangi profesionalisme dalam dalam berkomunikasi secara digital.
Peniting untuk diingat jika e-mail digunakan untuk keperluan profesional. Sehingga, hindarilah penggunaan emoji pada bodi e-mail. Ungkapkanlah perasaan dalam deskripsi tekstual, bukan menggunakan emoji.
Tidaklah pantas jika mengirim e-mail yang berkenaan dengan profesionalitas, berlebihan dalam menggunakan tanda baca. Misalnya, menggunaka tanda seru atau tanda tanya berlebihan, atau mencampur tanda seru dan tanda tanya.
Masih banyak ditemui isi e-mail yang menggunakan huruf "Comic Sans" yang cenderung mengisyaratkan informalitas. Lebih buruknya, terkadang mewarnai setiap kalimat dalam isi e-mail.
Gunakanlah huruf biasa seperti "Sans Serif", wanra font hitam, dan jangan gunakan background gambar.
Berhati-hatilah dalam membalas e-mail. E-mail yang tidak memiliki tujuan, seharusnya tidak dikirim dari alamat e-mail profesional. Pindahkan saja pesan-pesan seperti itu ke folder "spam" atau sampah.
Belum ada Komentar untuk "15 Kebiasaan Buruk Berkirim E-mail yang Sebaiknya Dihindari"
Posting Komentar